Kamis, 27 Maret 2014

Makala logika dan kepribadian



·      Post.Abdiell christenbert

  KATA  PENGANTAR
o   Segala puji untuk Tuhan Yesus., Tuhan pencipta seluruh jagat raya, mempersembahkan segala  sesuatu  yang tertata disana untuk  kebaikan  seluruh penghuni-Nya.
Dengan  segala  kerendahan  hati,  saya mengharapkan  banyak  perhatian  berkaitan dengan  kandungan dari makalah ini, karena saya sadar akan kekurangan dan keterbatasan  yang  dimiliki  sehingga  berdampak  pada  hasil  dari  makalah  ini  yang kurang maksimal. Terlepas dari semua itu semua, dengan tangan terbuka saya  mengharapkan  saran  dan  kritik  yang  membangun  dari  berbagai  pihak;  baik  dari dosen  pembimbing  matakuliah  ini  maupun  teman-teman  seperjuangan. Tidak  lain untuk memacu  kreatifitas. Akhirnya  tindakan  yang  kita  lakukan atas  nama  kebaikan, semoga menjadi suatu usaha positif dan dapat bermanfaat untuk  saya  khususnya  dan  komunitas  kehidupan  kita  pada umumnya.
o   Segala kekurangan milik manusia dan kesempurnaan adalah  milik  Tuhan…

·        DAFTAR ISI

·        KATA PENGANTAR ................................................................................   
·        DAFTAR ISI ..............................................................................................   
·        BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................   
·        A.    Latar Belakang ......................................................................................   
·        B.     Rumusan Masalah ..................................................................................   
·        C.     Tujuan penulisan ....................................................................................   
·        BAB II PEMBAHASAN ............................................................................   
·        A.   Pengertian Logika....................................................................................   
·        B.    Macam-macam Logika...........................................................................   
·        C.    Kesesatan Berlogika...............................................................................   
·        D.   Berpikir  Logis  Dalam  Rangka  Mendapatkan  Pengetahuan Baru Yang Benar       
·        E.    Pengertian Kepribadian...........................................................................   
·        F.     Faktor-faktor  Dalam  Perkembangan  Kepribadian.................................   
·        G.Tahap-tahap  Perkembangan  Sebagai  Hasil  Sosialisasi………………
·        H.Tipe  Kebydayaan  Khusus  Yang  Mempengaruhi  Kepribadian……..
·        I.Kepribadian Yang Menentukan Keuangan…………………………….
·        BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kesempatan kali ini, saya  akan membahas tentang beberapa tema yang menurut penulis penting untuk dikaji dalam keilmuan logika  dan  kepribadian. Pembahasan ini meliputi tentang beberapa kesalahan dalam berfikir  serta berprilaku  dan kesalahan dalam bahasa yang ada dalam ilmu logika  dan kepribadian.




B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan logika?
2.   Apa macam-macam dari logika?
3.      Bagaimana kesesatan dalam  logika?
4.      Apa yang dimaksud dengan  kepribadian?
5.      Apa tahap-tahap dalam kepribadian
C.    Tujuan Penulisan
1.      Memaparkan apa yang ada dalam rumusan masalah pertama.
2.      Memaparkan apa yang ada dalam rumusan masalah kedua.
3.      Memaparkan apa yang ada dalam rumusan masalah ketiga.
4.      Memaparkan apa yang ada dalam rumusan masalah keempat.
5.      Memaparkan apa yang ada dalam rumusan masalah kelima.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Logika
                Logika berasal dari kata yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Logika adalah salah satu cabang fisafat. Sebagai ilmu logika disebut dengan logike episteme atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,tepat,dan teratur.Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika juga merupakan cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
         Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di yunani. .Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan.
        Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang berbentuk    Inferensi yang berlaku dan yang tidak berlaku. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang Filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang Matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.
B. Macam - Macam Logika
    
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Logika Alamiah
     Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.

2. Logika Ilmiah
     Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi. logika alamiah ini terjadi melalui percobaan-percobaan, sehingga percobaan itu melahirkan suatu ilmu dan pengetahuan yang baru contohnya seseorang memikirkan kendaraan yang bisa berjalan di atas air maka terciptalah kapal laut yang bisa menyebrang dan mengangkut muatan banyak baik manusia, hewan dan lain-lain.
3. Logika Sebagai Cabang Filsafat
     Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
     Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.
4. Logika sebagai Esensi dari Filsafat
     Permasalahan yang selama ini dihadapi oleh pada filusuf menurut Russell adalah karena para filusuf terkadang terlalu berlebihan dan selalu berusaha untukNmencapai sesuatu yang terbaik. Walaupun keadaan ini tidak mungkin bisa dicapai karena para filusuf yang ada selama ini kurang tepat melihat permasalahan filsafat dan metode-metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan filsafat.
Menurut Russell permasalahan-permasalahan filsafat dan metode-metode filsafat selama ini tidak mudah untuk dipahami atau dirumuskan oleh sekolah-sekolah yang ada, banyak permasalahan-permasalahan tradisionalyang belum dapat dipecahkan oleh pengetahuan yang sekarang ada. Bahkan ada beberapa permasalahan yang sudah mulai di tinggalkan namun sebenarnya masih bisa dipecahkan melalui metode-metode yang tepat dengan tingkat pengetahuan yang lebih maju.
Dalam merumuskan permasalahan ini, Russell menoba membaginya ke dalam 3 tipe besar yaitu tipe pertama disebut sebagai tipe tradisional klasik yang diwakili oleh pemikiran Kant dan Hegel, periode ini menekankan pada kecenderungan untuk mengadopsi pemecahan permasalahan yang terjadi sekarang dengan metode-metode dan hasil-hasil yang telah dicapai pada masa Plato dan lainnya. Tipe kedua adalah Evolusionisme, yang dimulai dari pemikiran Darwin hingga Herbert Spencer. Namun pada perkembangan selanjutnya didominasi oleh pemikiran William James dan M
Bergson. Dan Tipe Ketiga adalah yang disebut Logika Atomisme, yang melihat filsafat melalui metode kritis matematika.
C.    Kesesatan Berlogika
Ilmu logika lahir bersamaan dengan lahirnya Filsafat Barat di Yunani. Dalam usaha untuk menyebar luaskan pemikiran-pemikirannya, para filusuf Yunani banyak yang mencoba membantah pemikirannya dengan para filusuf lainnya dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. Sejak awal, logika telah menaruh perhatian atas kesesatan penalaran tersebut. Kesesatan penalaran ini disebut dengan kesesatan berfikir (fallacia/fallacy)[1][1]
Kesesatan berfikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah dan menyesatkan. Ini karena adanya suatu gejala berfikir yang disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.[2][2]
Kesesatan relavansi timbul ketika seseorang menurunkan suatu kesimpulan yang tidak relevan pada premisnya atau secara logis kesimpulan tidak terkandung bahkan tidak merupakan implikasi dari premisnya.



Bentuk-bentuk Kesesatan Berlogika
1.      Argumentum ad Hominem.
Kesesatan ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak suatu usul yang tidak berdasarkan penalaran, melainkan karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan atau keadaan orang yang mengusulkan dan orang yang diusuli. Contoh:
Menolak land reform karena pembagian tanah itu selalu dituntut oleh orang       komunis.
Jadi, usul land reform itu perbuatan orang komunis dan perbuatan orang komunis itu jahat.
2.      Argumentum ad Veccundiam atau Argumentum Auctoritas.
Kesesatan ini sama dengan Argumentum ad Hominem, yaitu menerima atau menolak sesuatu tidak berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena orang yang mengemukakannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya dan seseorang yang ahli.
3.      Argumentum ad  Baculun.
Baculum artinya tongkat. Kesesatan ini terjadi jika penerimaan atau penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman, jika tidak menyetujui akan dihukum, dipenjarakan, dipukuli, bahkan dipersulit hidupnya dan diteror. Teror pada hakikatnya adalah suatu paksaaan untuk menerima suatu gagasan karena ketakutan.
4.      Argumentum ad Misericordiam.
Argumentum ad Misericordiam adalah penalaran yang ditujukan untuk menimbulkan belas kasihan agar dapat diterima. Argumen ini biasanya berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
Penalaran ini biasanya diungkapkan dalam pengadilan. Seperti, terdakwa mengingatkan hakim bahwa ia mempunyai anak, istri, keluarga dan yang lain-lain.
5.      Argumentum ad Populum.
Argumentum ad Populum banyak dijumpai dalam kampanye politik, seperti pidato-pidato, demonstrasi dan propaganda. Karena Argumentum ad Popolum ditujukan kepada rakyat, kepada suatu masa atau kepada halayak ramai, maka dalam Argumentum ad Populum perlu pembuktian sesuatu secara klogis tidak dipentingkan, yang diutamakan adalah menggugah perasaan masa pendengar atau membakar emosi pendengar agar menerima suatu konklusi tertentu.
6.      Kesesatan Non Causa Pro Causa.
Kesesatan Non Causa Pro Causa terjadi apabila kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sebenarnya bukan sebab atau bukan sebab yang lengkap.
7.      Kesesatan Aksidensi.
Sifat atau kondisi aksidental adalah sifat yang kebetulan, tidak harus ada dan tidak mutlak. Kesesatan aksidensi terjadi jika kita menerapkan prinsip atau pernyataan umum kepada peristiwa-peristiwa tertentu, tetapi karena keadaannya yang bersifat aksidental, maka menyebabkan penerapan itu tidak cocok. Contoh:
Makan adalah suatu perbuatan baik. Tetapi jika makan pada waktu harus          berpuasa, maka penalaran tersebut sesat karena  faktor aksidensi.
8.      Kesesatan Komposisi atau Divisi.
Kesesatan karena komposisi dan divisi terjadi ketika menyimpulkan bahwa predikat itu juga berlaku untuk kelompok kolektif seluruhnya. Maka disini penalaran kita sesat karena komposisi. Contoh:
Jika film itu bagus, belum tentu semua pemerannya bermain bagus.
9.      Petition Principia.
Petition Principia adalah kesesatan ketika membuktikan sesuatu. Penalaran yang disusun menggunakan konklusinya atau apa yang hendak kita buktikan itu sebagai premis, sudah tentu dengan kata-kata atau ungkapan yang berbeda dengan bunyi konklusinya. Contoh:
Manusia harus berlaku adil. Karena adil adalah perintah Tuhan yang tercantum dalam Kitab Suci.
Sebagai alasan (premis), dikemukakan bahwa Kitab Suci itu berisi perintah Tuhan. Disini dibuktikan bahwa perintah Tuhan itu tercantum dalam Kitab Suci karena Kitab Suci berisi perintah Tuhan.
10.  Ignoratio Elenchi.
Ignoraito Elenchi atau disebut pula kesesatan penalaran yang tidak disebabkan oleh bahasa. Kesalahan ini terjadi ketika konklusi yang diturunkan dari premis tidak relavan dengan premis itu. Contoh:
Dalam suatu pengadilan, seorang pembela dengan panjang lebar berhasil            membuktikan bahwa pembunuhan adalah  suatu perbuatan yang sangat keji dan
menarik kesimpulan bahwa terdakwa melakukan perbuatan sekeji itu.
11.  Kesesatan Karena Pertanyaan yang Kompleks.
Sebuah pertanyaan atau perintah seringkali bukan pertanyaan yang tunggal dan dapat dijawab dengan tepat dengan satu jawaban, meskipun pertanyaannya berbentuk kalimat tunggal. Contoh:
Rumah itu terdiri atas bagian-bagian apa saja?. Dapat dijawab: atap, dinding,     langit-langit, dan sebagainya.
Pertanyaan itu sebetulnya terdiri atas sejumlah pertanyaan. Demikian juga perintah untuk menyebutkan jenis-jenis kalimat dapat dijawab dengan kalimat tanya dan kalimat berita, atau kalimat pasif dan aktif, atau dengan kalimat panjang atau pendek. Kalau kita bertanya: jam berapa kamu bangun?, maka pertanyan itu tidak kompleks. Karena terdiri dari satu peretanyaan, akan tetapi pertanyaan itu mengandung sebuah pernyataan di dalamnya, yaitu “bahwa kamu tidur”. Kalau ASEAN menuntut supaya Vietnam menarik mundur tentaranya dari Kampuchea, di dalamnya terkandung  pernyataan bahwa Vietnam telah memasuki Kampuchea dengan tidak sah. Kalau perjanjian Camp David mengenai otonomi Palestina ditafsirkan berbeda oleh Mesir dan Israel, itu disebabkan karena bunyi kalimat-kalimat yang bersangkutan mengandung makna yang kompleks, sehingga Negara yang satu dapat menunjuk makna Negara lainnya. Biasanya suatu persetujuan diplomatik memang mengandung makna majemuk yang kelak dapat ditafsirkan menurut situasinya.
12.  Argumentum ad Ignoratiam.
Kesesatan ini terjadi pada hal-hal yang berkaitan erat dengan sesuatu yang tidak terbuktikan. Seperti: gejala psikis, telepati dan semacamnya. Hal itu sulit di buktikan baik oleh pendukung maupun penentangnya.
D. Berpikir Logis dalam Rangka Mendapatkan Pengetahuan Baru yang Benar
a.      Penalaran deduktif (rasionalisme)
Penalaran Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang  bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan demikian kegiatan berfikir yang berlawanan dengan induksi. Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme. Silogisme terdiri atas dua pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor. Sedangkan simpulan diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis tersebut. Misalnya, (1) Semua kendaraan bermesin menggunakan bahan bakar bensin. (2) Motor adalah kendaraan bermesin. Jadi, dapat disimpulkan ”motor juga menggunakan bahan bakar bensin.
Simpulan yang diambil dalam penalaran deduktif ini hanya benar, bila kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik simpulannya juga benar. Jika salah satu saja dari ketiga hal ini salah, berarti simpulan yang diambil juga tidak benar.
Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berpikir logis dan analitis, berkat pengamatan yang semakain sestimatis dan kritis, serta makin bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, lambat laun manusia berusaha menjawab masalah dengan cara rasional dengan meninggalkan cara irasional atau mitos. Pemecahan secara rasional berarti menggunakan rasio (daya pikir) dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Paham yang mendasarkan rasio untuk memperoleh kebenaran itu disebut paham rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan kaum rasionalis sering menggunakan penalaran deduktif.

b.      Penalaran Induktif (empirisme)
Penganut  empirme mengembangkan pengetahuan bedasarkan pengalaman konkret. Mereka menganggap bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman nyata. Penganut ini menyusun pengetauan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berpikir untuk menarik simpulan yang bersifat umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Penalaran ini diawali dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas lalu diakhiri dengan pernyataan yang  bersifat umum. Misalnya, dari pengamatan atas logam besi, tembaga, alumunium dan sebagainya, jika dipanaskan akan mengembang (bertambah panjang). Dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa semua logam jika dipanaskan akan bertambah panjang.
c.Analogi
Analogi adalah cara berpikir dengan cara membuktikan dengan hal yang serupa dan sudah diketahui sebelumnya. Di sini penyimpulan dilakukan secara tidak langsung, tetapi dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan dan keserupaan dengan apa yang akan dibuktikan.

  d.Komparasi
Komparasi adalah cara berpikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang mempunyai kesamaan apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi, yaitu tidak langsung, tetapi penekanan pemikirannya ditujukan pada kesepadanan bukan pada perbedaannya.

      Kegunaan logika 
  1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
  2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
  3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. 
  4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis

E. Pengertian Kepribadian
Ada beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kepribadian, di antaranya yakni:
            1.    Theodore M. Newcomb berpendapat kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari prilakunya. Hal ini berarti kepribadian menunjuk pada organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan merasakan secara khusus apabila ia berhubungan dengan orang lain atau ketika ia menanggapi suatu masalah atau keadaan.
            2.     Roucek dan Warren dalam buku mereka yang berjudul “Sociology an Introduction” mendefenisikan kepribadian sebagai organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari prilaku seorang individu. Faktor-faktor itu meliputi keadaan fisik, system syaraf, watak seksual, proses pendewasaan individu yang bersangkutan, dan kelainan-kelainan biologis lainnya. Adapun factor psikologis meliputi unsur temperamen, perasaan, keterampilan, kemampuan belajar dan sebagainya. Sedangkan factor sosiologis dapat berupa proses sosialisasi yang ia peroleh sejak kecil.
           3.      Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia menyatakan kepribadian sebagai susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu.
     
 F.Faktor-Faktor dalam Perkembangan Kepribadian
            1.Warisan Biologis
Semua manusia normal dan sehat mempunyai persamaan biologis tertentu, persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan prilaku semua orang.
            2. Faktor Lingkungan Fisik
Faktor lingkungan fisik akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya, masyarakat yang tinggal didaerah subur cenderung memiliki kepribadian yang ramah, tenang dan  sabar. Sebaliknya, mereka yang tinggal didaerah tandus cenderung rakus, tamak dan egois karena pengaruh lingkungan fisik yang keras.
             3. Faktor Kelompok
Sebuah kelompok dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya, baik yang sifatnya positif maupun negatif.
             4. Faktor Kebudayaan Khusus
Setiap daerah memiliki karakteristik yang khas karena pengaruh kebudayaan yang di anut. Misalnya, kepribadian masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa atau masyarakat industry berbeda dengan masyarakat tradisional. Begitu juga menyangkut kepribadian suku bangsa, ras dan kelas sosial tertentu akan berbeda satu sama lain.
             5.Faktor Pengalaman Unik
Kepribadian seseorang akan dipengaruhi oleh sejumlah pengalaman yang dilalui dalam hidupnya. Karena pengalaman setiap individu itu berbeda, maka kepribadian satu individu berbeda pula dengan individu lainnya.

        G.Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian sebagai Hasil Sosialisasi
             1.Fase Pertama
Menurut Charles H. Cooley (1864-1929), proses perkembangan kepribadian seseorang dimulai kurang lebih pada usia 1-2 tahun yang ditandai dengan saat-saat anak mengenal dirinya sendiri yang dibantu oleh orang-orang dewasa dilingkungannya.
Kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu:
Ø  Basic Personality Structure, yaitu unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut attitude. Unsur ini bersifat permanen dan tidak mudah berubah.
Ø  Capital Personality, yaitu unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali (fleksibel). Ini diperoleh berdasarkan pengalaman melalui pergaulan dengan orang lain.
      2. Fase Kedua
Ini merupakan fase perkembangan dimana rasa ego yang dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada dilingkungannya.
Fase kedua ini berlangsung relatif panjang hingga menjelang masa dewasa. Kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe prilaku khas yang tampak dari perangai, kegemaran, IQ serta bakat-bakatnya.
           3. Fase Ketiga
Kepribadian seseorang pada akhirnya mengalami suatu perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya prilaku-prilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Fase ketiga ini disebut juga fase kedewasaan, yang berlangsung kurang lebih pada usia antar 25-28 tahun.
        
         H.Tipe Kebudayaan Khusus yang Mempengaruhi Kepribadian
              1. Kebudayaan Khusus Berdasarkan Faktor Kedaerahan
  Sebagai contoh, terdapat perbedaan antara system kekerabatan di Tapanuli dengan di Minangkabau.
Orang batak memperhitungkan hubungan keturunan secara ptrilineal (garis keturunan dihitung dari garis keturunan pria), sedangkan di Minangkabau garis keturunan diperhitungkan dari pihak perempuan (matrilineal).
              2.Cara Hidup di Kota dan di Desa yang Berbeda
Pola hidup masyarakat desa umumnya lebih homogeny dan kolektif berbeda denga pola hidup masyarakat kota yang lebih heterogen dan individualis. Pola-pola hidup tersebut akan mempengaruhi kepribadian masyarakat.
             3. Kebudayaan Khusus Kelas Sosial
Golongan kelas atas sangat berbeda dengan kelas bawah dalam cara berpakaian, etika, pergaulan, cara mengisi waktu luang dan sebagainya.
             4.Kebudayaan Khusus Atas Dasar Agama
Faktor agama juga memiliki pengaruh dalam membentuk kepribadian seorang individu. Pola hidup antar penganut agama akan berbeda satu sama lain. Pola hidup dan budaya mereka disesuaikan dengan ajaran agamanya masing-masing.
            5. Kebudayaan Khusus Berdasarkan Profesi
Profesi seseorang akan berpengaruh besar pada kepribadiannya. Misalnya, kepribadian seorang petani berbeda dengan pola hidup seorang dokter. Hal ini berpengaruh juga pada cara-cara bergaul maupun gaya hidup mereka.
I. 4 Kepribadian YangMenentukan Keuangan
Logis
Orang yang sisi logikanya lebih dominan sangat berhati-hati dan perhitungan dalam membuat keputusan finansial. Sisi baiknya orang tipe ini sangat cermat dan telaten dalam memitigasi resiko, sisi jeleknya orang tipe ini suka over analysis. Contoh orang terkenal: Warren Buffet, investor tersohor pendiri Berkshire Hathaway. Seorang konsumen dengan tipe ini menitik beraktan keputusan berbelanja dari segi manfaat/utilitas saja, sensitif terhadap harga, tidak terlalu peduli merek yang penting enak dipakai dan fit for purpose.
Emosional
Tipe ini adalah orang yang peka perasaannnya. Emosi memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan. Sisi baiknya: pandai memikat lawan bicara, secara intuitif tahu cara menggerakan perasaan orang agar setuju dengan pendapatnya dan cenderung karismatik. Sisi negatifnya:  resiko dibohongi tinggi karena emosi yang dominan cenderung mengesampingkan fakta dilapangan dan dimanfaatkan orang lain karena tidak mau membuat orang lain tersinggung . Contoh orang terkenal: Richard Branson, pendiri Virgin Group, yang brilian dalam memikat investor dan market meskipun dia tidak tahu banyak detail seluk beluk operational perusahaannya .  Konsumen tipe ini cenderung membeli barang yang dapat meningkatkan rasa ego, memberikan kepuasan emotional, cenderung impulsif, tidak terlalu peduli pada harga barang yang penting puas.
Idealis
Tipe ini memiliki perasaan kuat akan apa yang benar dan salah. Mereka berusaha ‘doing the right thing’ menurut pemahaman mereka masing-masing dan berpikir jauh dampak dari setiap keputusan finansial mereka. Sisi baiknya: memiliki visi mulia untuk mewujudkan dunia yang lebih baik, orangnya amat manusiawi, pendobrak gagasan2  kreatif inovatif yang mengawinkan aktifitas ekonomi konvensional dengan idealisme mereka. Sisi buruknya: berisiko menjadi ‘tirani’ bila memaksakan idealisme versi mereka pada dunia, orangnya cenderung melankolis dan beresiko jatuh depresi melihat realitas dilapangan yang jauh dari idealisme mereka. Contoh orang terkenal: Muhammad Yunus, ekonom asal Bangladesh yang mengembangkan konsep kredit mikro untuk membantu rakyat miskin. Konsumen tipe ini termasuk konsumen etis yang menolak membeli barang yang dibuat dari sweatshop maupun praktek-praktek bisnis sejenis yang dinilai tidak etis tidak peduli seberapa murah harganya, peduli lingkungan, berbelanja menggunakan ‘green-bag’ demi mengurangi limbah plastik dan berpikir jauh untuk memberikan warisan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Cuek
Just go with the flow, just do it dan tidak usah ambil pusing. Begitulah kira-kira motto orang tipe ini. Mereka suka mengadopsi tren yang ada sekarang tanpa berpikir panjang mengenai dampaknya atau apakah hal tersebut memang baik untuk dirinya dan orang sekitar. Keputusan finansial mereka cukup berdasarkan karena ‘sekarang ini yang lagi tren’ dan hidup hanya untuk masa kini. Sisi baiknya: mudah merasa relaks, hidup dalam ‘kekinian’ dan cenderung lihat positifnya saja. Sisi buruknya: tidak dapat berpikir independen untuk diri sendiri, membiarkan orang lain yang memutuskan apa yang baik untuk mereka, mudah jatuh dalam hutang dan kemiskinan dan cenderung banyak menuntut hak tapi enggan melaksanakan tanggung jawab. Contoh orang terkenal: Parris Hilton, sosialita yang gemar berpesta-pora seolah-olah tidak ada hari esok.  Konsumen tipe ini biasa termasuk early adopter yang latah mengadopsi barang baru yang dilempar ke pasar dan keputusan berbelanja cenderung berdasarkan impuls.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
          Logika dan kepribadian merupakan dasar untuk menyatakan bahwa sesuatu itu bernilai benar atau salah. Secara alami akal manusia memang dapat mengungkapkan bahwa sesuatu itu adalah pernyataan yang salah maupun pernyataan yang benar. Akan tetapi, karena keterbatasan dan perbedaan kemampuan akal manusia maka dalam mengungkapkan penyataan akan lebih sempurna jika didasari dengan metode berpikir logika dan berprilaku yang positif. Dengan perpaduan antara akal dan metode-metode yang sesuai, kita dapat menilai sesuatu dengan obyektif dan akan terhindar dari kekeliruan.
B. Saran
         Semua tulisan dalam makalah ini merupakan kemampuan akal yang terbatas dari dari saya. Saya menyadari masih banyak kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah ini walaupun saya sudah berusaha maksimal. Oleh karena itu untuk semua pembaca diharapkan saran yang bisa melengkapi kekurangan dan membenarkan kesalahan dari makalah ini.